Gara - gara tembakau yang dicampur ganja sintetis merk Gorilla, Ganesha, Nataraja dan Hanoman, seorang pemuda lajang berinisial Mr. X ini sempat terpuruk dan mengalami masalah keretakan hubungan keluarga. Dua tahun sudah berlalu, waktunya hanya tercurah untuk “membakar” tembakau berbahaya tersebut. Kini, ia mencoba menata kembali hidupnya dengan cara menjalani rehabilitasi di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (Yakita) di kawasan Ciawi, Bogor. Kepada rekan-rekannya yang masih aktif mengonsumsi tembakau Gorilla, ia berpesan agar segera berhenti karena dampak yang ditimbulkan bisa sangat fatal.
Saat ditemui tim Humas BNN, Mr. X mengungkapkan sekelumit kisah dirinya yang pernah bersentuhan dengan tembakau Gorilla. Mr X dalam dua tahun terakhir mengaku telah mengonsumsi tembakau dari mulai jenis Gorilla, lalu naik tahap ke merk Ganesha, lalu Nataraja dan berakhir di level paling tinggi yaitu Hanoman. Ia mengaku untuk membeli barang itu semua sangat mudah bahkan bisa lewat online.
Setelah dua tahunan mengonsumsi tembakau itu, ia merasakan tubuhnya sering tremor, atau tiba-tiba melakukan gerakan secara mendadak, dan ingatan jarak pendeknya bisa tiba-tiba hilang. Di samping itu pula, perilakunya berubah. Ia jadi jarang pulang ke rumah, jarang berkumpul dengan keluarga, sering bohong dan menjadi pemarah. Hal inilah yang akhirnya membuat hidupnya kacau dan hubungan dengan keluarganya menjadi retak.
Kondisi hubungan keluarga yang kian buruk, akhirnya menjadi titik balik bagi Mr X untuk keluar dari jeratan tembakau gorilla ini. Setelah empat bulan menjalani rehabilitasi di Yakita, ia mengaku kondisinya lebih baik dan merasa lebih segar dan bisa berpikir lebih jernih. Perubahan kondisi dari kehidupan yang kacau menjadi lebih baik ini pula dirasakan korban tembakau Gorilla yang menjalani rehabilitasi di Yakita.
“Di sini saya bisa belajar, dan juga membuat pola hidup yang baru”, imbuh Mr X kepada Humas BNN, Senin (9/1).
Ia juga mengakui teman-teman bermainnya masih banyak yang menggunakan tembakau Gorilla. Karena itulah, ia berpesan pada mereka agar segera berhenti karena dampaknya begitu bahaya.
Mencuatnya kasus penggunaan tembakau Gorilla telah membuat para orang tua khawatir. Pada intinya, persoalan tembakau Gorilla ini harus disikapi serius oleh semua lini dengan solusi nyata agar korban tak lagi berjatuhan.
Kepala Bagian Humas BNN, Slamet Pribadi mendesak agar tembakau Gorilla ini segera masuk dalam regulasi sehingga nantinya ada payung hukum untuk menindak secara tegas pelaku peredarannya. Karena menurut Slamet, korban dari tembakau ini sudah makin bertambah dan membuat masyarakat resah.
Terkait bagaimana dampak yang timbul dari penggunaan tembakau gorilla ini. Sri Hayuni, Ketua Pengurus Yakita menuturkan, ada sebuah keluarga yang hancur karena anaknya mengonsumsi tembakau Gorilla. Sang anak ini bahkan berani mengatakan kata-kata kotor pada sang ibu dan berani mengancam keselamatannya. Merespon kasus tersebut, pihak Yakita pun telah menjemput korban tembakau Gorilla tersebut untuk menjalani pemulihan.
Hingga saat ini, pihak Yakita sudah menangani tiga korban tembakau Gorilla. Saat disinggung tentang upaya rehabilitasi pada para pengguna tembakau Gorilla ini, Sri mengatakan bahwa tahapan rehabilitasi yang dijalani sama dengan para pengguna narkotika jenis lainnya.
Menurutnya, narkotika jenis apapun menyerang empat aspek yaitu, fisik, mental, emosional dan spiritual.
“Jika pembenahan fisik itu lebih mudah, yang lebih sulit itu membenahi mental, emosional dan juga spiritualnya, di sini kami kedepankan pendekatan kekeluargaaan, dan kasih sayang”, ujar Sri saat ditemui Humas BNN di pusat rehabilitasi Yakita di kawasan Ciawi, Bogor.
Menurut Sri, semua jenis narkotika telah mengubah perilaku penggunanya dari yang normal menjadi tidak normal. Dari pengamatannya terhadap para korban narkotika yang ditangani Yakita selama ini, terlihat perbedaan yang tampak dari pengguna gorilla yang baru masuk ke rehab adalah klien terlihat bengong. Setelah mereka menjalani rehabilitasi, kondisi mereka membaik dan kembali normal. (Humas BNN)
0 komentar:
Posting Komentar